Selasa, 02 Agustus 2011

Modifikasi Yamaha Mio 2010 (Depok)

Yamaha Mio, Modal 110 CFM Jadi Juara 1

Yamaha Mio pacuan Bangga DS dari tim Cargloss AHRS bikin bangga.  Sukses juara 1 kelas 150 cc pemula. Tepatnya di ronde IV MOTOR Plus Indonesian Super Matic Race di  Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Minggu lalu.

Menurut Chepy Sugianto dan Suri  sang mekanik, kepala silinder korekannya diukur menggunakan flowbench di Bintang Racing Team (BRT). Flow atau debit gas bakar yang ada di lubang isap mencapai 110 cfm.

Itu didapat dengan menggunakan klep isap 28 mm. Sedangkan besar diameter lubang inlet dikorek mencapai 25,5 mm. Untuk klep ukuran ini memang menurut rumus dari flowbench BRT harus mencapai 110 cfm. “Agar gas bakar yang terisap optimal,” jelas Chepy yang  endut itu.

Untuk bukaan atau durasi klep dibikin sama. Klep isap membuka 34 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 60 derajat setelah TMB (Titik Mati Bawah). Durasi totalnya jadi 274 derajat.

Untuk klep buang juga tetap 274 derajat. Klep eksos membuka 60 derajat sebelum TMB dan menutup 34 derajat setelah TMA.

Durasi kem bisa dibuat ekstrem atau tinggi karena rasio kompresi juga sudah besar. Walau menggunakan bahan bakar Pertamax Plus, rasio kompresi bisa dipastikan dipatok pada 13,5 : 1.

Untuk suplai bahan bakar dipilih khusus agar sesuai dengan suhu pada malam hari. Maklum di balap matik lalu dipentas pada malam hari.


Menurut Chepy, paling pas menggunakan karburator Mikuni TM dengan diameter venturi 28 mm. Untuk pilot-jet 17,5 dan main-jet 127,5. Sesuai juga dengan trek yang waktu itu butuh rolling speed dan akselerasi spontan.

Guna mengimbangi kondisi sirkuit yang cocok untuk matik itu, CVT juga diatur ulang. Karena durasi kem yang ekstrem dan bagus untuk putaran atas, maka tenaga atau power di rpm bawah juga kudu dibenahi.

Menurut mekanik berambut ikal itu, roller dipilih yang punya bobot paling ringan. Di pasaran paling ringan tersedia bobot 5 gram.

Penyesuaian lain yaitu untuk buka-tutup kem yang punya lift bermain di angka  8,3 mm untuk klep buang dan klep isap 8,9 mm. Harus didukung penggunaan per klep Jepang yang dipasarkan AHRS .

Menggunakan per klep Jepang artinya membuat mesin bisa menjerit sampai rpm tinggi. Tidak floating dan suara mesin enggak mendem.

Penyesuain lain tentunya juga ikut dilakukan. Tentu mengikuti karakter sirkuit yang didominasi banyak tikungan. Yaitu seting suspensi.  Rebound juga kudu dibuat keras. “Baliknya sokbreker dibuat lama,” cuap Chepy lagi. 

Untuk aliran gas buang dipilih menggunakan buatan AHRS. Katanya dibuat dari bahan stainless yang punya diameter pas untuk mesin 150 cc. Knalpot ini juga sudah diproduksi massal untuk Mio harian dan balap bore up sampai dengan 150 cc.  Lha?  (motorplus-online.com)

 DATA MODIFIKASI
Ban : Indotire
CDI : BRT
Roller : AHRS
Sok belakang :  Daytona
 
Penulis : Aong | Teks Editor : Nurfil | Foto : Yudi